Assalaamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
berdakwah (menyeru) kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”
(Fushilat [41]: 33).
Begitu banyak contoh buruk berseliweran. Artis-artis dengan bangga
bermaksiat. Menebar virus-virus pornoaksi dan pornografi. Mungkin karena
apes atau sekadar mencari sensasi. Di saat yang sama ada yang bangga
dengan gaya hidup hedonismenya. Tertangkap membawa narkotika atau malah
bergaul bebas. Negeri ini semakin lama semakin ngeri. Banyak penghuninya sudah tidak tahu diri. Berasyik masyuk dengan kemaksiatan atas nama eksistensi diri.
Semakin
banyak orang yang mudah putus asa. Ditayangkan di media massa. Bunuh
diri, membuang anak sendiri atau bahkan menyiksa buah hati atas nama
depresi. Berita yang diulang-ulang, sehingga menjadi semacam motivasi.
Sementara pasar sama sekali tidak tertarik dengan renungan keislaman,
mengarahkan kepada kebijaksanaan hidup dan indahnya norma Islam. Pasar
lebih suka teladan yang tidak bermoral atau bermoral rendah. Karena
itulah dunia hiburan yang sarat dengan hal-hal berupa kesenangan.
Terwujudlah
kini masyarakat yang minim moralitas. Sesak dengan tugas dan pekerjaan
yang menyita hati. Shalat tidak ada lagi, doa jarang sekali. Dunia dan
segala keangkuhannya telah menyibukkan diri. Maka jarang sekali orang
bicara tentang bagaimana iman saya hari ini. Jarang sekali orang
meminta, tolong nasihati saya, saya sedang lemah iman. Tak ada, bahkan
sama sekali tidak pernah ada.
Gelombang materialisme membuat
manusia abad ini mulai tidak lagi peduli dengan agama. Kebutuhan hidup
yang mencekik leher, biaya kesehatan yang mahal dan gaya hidup yang
semakin permisif dan hedonis, membuat kerinduan pada Islam memudar.
Kalaulah hari ini ada, pasti jumlahnya sama sekali tidak berimbang
dengan jumlah masyarakat sebenarnya.
Generasi tuanya tidak
mau membina, sementara remajanya lelap dalam tidur panjangnya. Tidak
tergugah untuk mencintai Islam dan memperjuangkannya. Tetapi justru
memilih diam dalam ketidakberdayaan, acuh dan cuek dengan kondisi
sekitar. "Yang penting saya senang, urusan yang lain itu tidak penting..."
Fakta
ini membuat kita mengelus dada. Karena jelas ini adalah bagian dari
tanda tanda merosotnya moralitas kita. Ketua Umum MUI, KH Sahal Mahfudz
bahkan menilai ada suatu hal yang jalan di tempat, bahkan mundur, yakni
akhlak dan jati diri bangsa. Menurutnya salah satu bukti bahwa akhlak
mengalami kemunduran adalah masih adanya perilaku korupsi dan suap, juga
beredarnya tayangan video porno dan maraknya maksiat di tengah
masyarakat.
Berkontribusilah...
Saatnya
setiap muslim menjadi da'i yang menyeru kebaikan dan mencegah
kemungkaran. Lakukan apa yang bisa kita lakukan, Berdakwah dengan
kapasitas yang kita miliki. Ajaklah teman dan saudara untuk berbincang
masalah hati dan iman. Sudah sebaik apa mereka memperhatikan imannya.
Sudah sejauh apa perbaikan yang selama ini mereka lakukan. Ajak dan
teruslah mengajak. Karena dengan begitu mereka akan mulai sadar dan
memperhatikan kondisi iman mereka.
Anda yang bekerja di kantor,
ajaklah teman kantor anda untuk selalu shalat pada waktunya. Anda yang
menjadi guru, ajaklah murid-murid anda untuk selalu menjaga shalatnya.
Sedangkan anda yang berprofesi sebagai pengusahan, ajaklah pelanggan
anda untuk selalu memperhatikan shalatnya. Karena shalat tiang agama.
Dengungkan syariat di mana pun kita berada. Karena seribu dimulai dari satu.
Kalau satu saja tidak dilakukan, maka bagaimana kita bisa menghasilkan seribu?
Wallahu'alam bissawab
Alhamdulillahirabbil'alamin
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
SubhanaALLAH
BalasHapus