Bismillahirohmanirrohim
sebuah kisah yang disampaikan oleh imam Ibnul Qayyim
rahimahullâh tentang gambaran kehidupan guru beliau, imam Ahlus sunnah
wal jama’ah di jamannya, yaitu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
rahimahullâh. Kisah ini memberikan pelajaran berharga kepada kita
tentang bagaimana seharusnya seorang Mukmin menghadapi cobaan dan
kesusahan yang Allâh Ta'âla takdirkan bagi dirinya.
Ibnul Qayyim
rahimahullâh berkata:
“Dan Allâh Ta'âla yang Maha Mengetahui bahwa aku
tidak pernah melihat seorang pun yang lebih bahagia hidupnya daripada
beliau (Ibnu Taimiyyah rahimahullâh). Padahal kondisi kehidupan beliau
sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat
memprihatinkan. Ditambah lagi dengan (siksaan dan penderitaan yang
beliau alami di jalan Allâh Ta'âla), yang berupa (siksaan dalam)
penjara, ancaman dan penindasan (dari musuh-musuh beliau). Tapi di sisi
lain (aku mendapati) beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia
hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya serta paling
tenang jiwanya.
Terpancar pada wajah beliau sinar keindahan dan
kenikmatan hidup (yang beliau rasakan). Dan kami (murid-murid Ibnu
Taimiyyah rahimahullâh), jika ditimpa perasaan takut yang berlebihan,
atau timbul (dalam diri kami) prasangka-prasangka buruk atau (ketika
kami merasakan) kesempitan hidup, kami (segera) mendatangi beliau (untuk
meminta nasehat).
Dengan hanya memandang (wajah) beliau dan
mendengarkan ucapan (nasehat) beliau, serta merta hilang semua
kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar,
yakin dan tenang.”
Allâh Ta'âla menjadikan musibah dan
cobaan di dunia sebagai sebab untuk menyempurnakan keimanan seorang
hamba terhadap kenikmatan sempurna yang Allâh Ta'âla sediakan bagi
hamba-Nya yang bertakwa di surga kelak. Inilah keistimewaan surga yang
sangat jauh berbeda keadaannya dengan dunia Allâh Ta'âla menjadikan
surga-Nya sebagai negeri yang penuh kenikmatan yang kekal abadi, serta
tidak ada kesusahan dan penderitaan padanya selamanya. Sehingga kalau
seandainya seorang hamba terus-menerus merasakan kesenangan di dunia,
maka tidak ada artinya keistimewaan surga tersebut, dan dikhawatirkan
hatinya akan terikat kepada dunia, sehingga lupa untuk mempersiapkan
diri menghadapi kehidupan yang kekal abadi di akhirat nanti.
Inilah di antara makna yang diisyaratkan dalam sabda Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar