Minggu, 22 Maret 2015

" SELALU DALAM KEADAAN BERWUDHU "

Bismillahirrahmanirrahim
Assalaamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Banyak hadits yang sangat menganjurkan untuk TETAP BERWUDHU WALAUPUN TIDAK HENDAK MENDIRIKAN SHALAT.
Berdasarkan sunnah tsb, mulai generasi sahabat hingga orang-orang shaleh, senantiasa mereka MENJAGA WUDHU DALAM SEGALA AKTIFITAS, baik dalam perjalanan, membaca Al-Qur’an, menuntut ilmu, dalam bekerja, ketika hendak tidur, termasuk sebelum & sesudah berhubungan suami-istri.

BERWUDHU BUKAN HANYA DISAAT MENGHADAP ALLAH SWT dalam shalat, tapi juga ketika akan tidur – BERADA DALAM KESUCIAN.

ALLAH SWT berfirman : 
”Sungguh, ALLAH menyukai orang-orang yg bertobat dan mereka yang MENYUCIKAN DIRI” 
(QS. Al-Baqarah : 222).

Abu Hurairah meriwayatkan RASULULLAH SAW, bersabda : 
”Pada hari kiamat, karena bekas wudhunya (yang bercahaya). 
Siapa ingin memanjangkan ghurram-nya silakan lakukan” 
(HR. Bukhari).

”Siapa yang BERWUDHU (untuk mendapatkan) KESUCIAN, maka ALLAH akan MENETAPKAN BAGINYA DENGAN SEPULUH KEBAIKAN” 
(HR. Abu Daud)

”Seseorang senantiasa DIANGGAP SEPERTI DALAM KEADAAN SHALAT, asal dia tidak berhadas (= buang angin)” 
(HR. Bukhari)

Alhamdulillahirabbil'alamin
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 


 https://www.facebook.com/groups/bijaks/

Jumat, 13 Maret 2015

" KHALIFAH UMAR PUN BERSABAR, DIAM APABILA DILETERI/TIDAK DIHORMATI ISTRI "

Bismillahirrahmanirrahim
Assalaamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
  
DALAM mengharungi kehidupan rumah tangga pasti akan melalui saat-saat getir yang kadang-kala boleh menggoncang bahtera yang dibina itu. Orang kita kerap menyebut "sedangkan lidah dapat tergigit, begitu pula dengan suami isteri".

Kita tidak dapat menafikan sebagai manusia, suami atau isteri mempunyai kelemahan masing-masing.
Cara terbaik untuk mengatasinya dengan bersabar dan tidak membesar-besarkan kelemahan itu.

Firman Allah bermaksud:
 "Dan bergaullah kamu dengan mereka (isteri kamu) dengan cara yang baik. Kemudian jika kamu (berasa) benci kepada mereka (kerana tingkah lakunya, janganlah kamu terburu-buru menceraikannya) kerana boleh jadi kamu bencikan sesuatu, sedangkan Allah hendak menjadikan pada apa yang kamu benci itu kebaikan yang banyak untuk kamu."
(Surah an-Nisa, ayat 19).

Rasulullah SAW pernah bersabda bermaksud:
 "Mana-mana lelaki yang bersabar di atas keburukan perangai isterinya, Allah akan berikannya pahala seperti yang diberikan kepada Ayyub kerana bersabar di atas bala yang menimpanya. Dan mana-mana isteri yang bersabar di atas keburukan perangai suaminya, Allah akan berikannya pahala seperti yang diberikan kepada Asiah binti Muzahim, isteri Firaun."

Di sini, baik juga jika direnungi kisah seorang lelaki yang mengunjungi Umar bin Khattab untuk mengadu mengenai perangai isterinya. Dia berdiri di luar pintu menunggu Umar keluar.
Tiba-tiba dia terdengar isteri Umar sedang meleterinya, sedangkan Umar diam tidak menjawab walau sepatah pun.

Lelaki itu beredar sambil berkata kepada dirinya sendiri: "Kalau beginilah keadaan Umar, seorang Amirulmukminin yang selalu keras dan tegas, maka bagaimana dengan aku?"

Selepas itu Umar keluar dari rumahnya dan melihat lelaki tadi beredar. Umar memanggilnya dan bertanya tujuan kedatangannya.

Lelaki itu berkata: "Wahai Amirulmukminin, aku datang untuk mengadu mengenai perangai isteriku yang buruk dan suka berleter kepadaku.

Tadi aku mendengar isteri anda pun begitu juga. Lalu aku berkata kepada diriku: Kalau begini keadaan Amirulmukminin dengan isterinya, maka bagaimana dengan aku?"

Umar berkata kepadanya: "Wahai saudaraku, sesungguhnya aku bersabar mendengar leterannya kerana dia mempunyai hak ke atas aku.

"Sesungguhnya dia memasak makanan aku, mengadun roti untuk aku, membasuh pakaian aku dan menyusui anakku, padahal semua itu tidak diwajibkan ke atasnya.
"Dia juga menenangkan hatiku daripada melakukan perbuatan yang haram (zina). Sebab itulah aku bersabar dengan kerenahnya."
Lelaki itu menjawab: "Wahai Amirulmukminin, demikian jugalah isteriku."

Umar pun berkata kepadanya: "Maka bersabarlah wahai saudaraku. Sesungguhnya kerenanya itu tidak lama, hanya seketika saja."

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari Kisah diatas

Wallahu A'lam Bishawab
Alhamdulillahirabbil'alamin
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh  


 https://www.facebook.com/groups/bijaks/

 



Minggu, 01 Maret 2015

" TUJUH MACAM PAHALA YANG DAPAT DINIKMATI SESUDAH MATI "

Bismillahirrahmanirrahim
Assalaamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Dari Anas r.a. berkata bahwa ada tujuh macam pahala yang dapat diterima seseorang itu Sesudah mati :
  1. Barang siapa yang mendirikan masjid maka ia tetap pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang  untuk beramal ibadat di dalamnya.
  2. Barang siapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya.
  3. Barang siapa yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selagi ada orang yang membacanya.
  4. Orang yang menggali perigi selagi ada orang yang menggunakannya.
  5. Barang siapa yang menanam tanam-tanaman selagi ada yang memakannya baik dari manusia atau burung.
  6. Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang-orang lain yang mempelajarinya.
  7. Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mana Anak tsb selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristighfar baginya yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur'an maka orang yang mengajarnya akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.
Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W. telah bersabda :
"Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan tiga macam :
1. Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah)
2. Ilmu yang berguna dan diamalkan.
3. Anak yang soleh yang mendoakan baik bagi Orangtuanya.

Alhamdulillahirabbil'alamin
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh 


 



" MANUSIA BERTANYA PADA AL-QUR'AN "



Bismillahirrahmanirrahim
Assalaamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Manusia bertanya : Bolehkah aku frustrasi ?
AL-QUR'AN menjawab :
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman .
( Ali Imran : 139 )

Manusia bertanya : Kenapa aku diberi ujian seberat ini ?
AL-QUR'AN menjawab : 
ALLAH tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.               
( Al-Baqarah : 286 )

Manusia bertanya : Kenapa aku tidak diuji saja dengan hal-hal yang baik ?
AL-QUR'AN menjawab : 

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, ALLAH mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui .      
( Al-Baqarah : 216 )

Manusia bertanya : Kenapa aku diuji ?
AL-QUR'AN menjawab : 

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : " kami telah beriman ", sedang mereka tidak diuji lagi ?
( Al-Ankabuut : 2 )
Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya ALLAH mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta .
( Al-Ankabuut : 3 )

Manusia bertanya : Bolehkah aku berputus asa ?
AL-QUR'AN menjawab : 
Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang Kafir .
( Yusuf : 87 )

Manusia bertanya : Bagaimana cara menghadapi ujian hidup ini ?
AL-QUR'AN menjawab : 
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada ALLAH supaya kamu beruntung.
( Ali Imraan : 200 )

Manusia bertanya : Bagaimana menguatkan hatiku ?
AL-QUR'AN menjawab :
Cukuplah ALLAH bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakal .  
( At-Taubah : 129 )

Manusia bertanya : Apa yang kudapat dari semua ujian ini ?
AL-QUR'AN menjawab :
Sesungguhnya ALLAH telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka .
( At-Taubah : 111 )

Maha Benar Allah atas segala firman-Nya
Alhamdulillahirabbil'alamin
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh